POSTER atau Pekan Orientasi Siswa Terpadu telah dilaksanakan pada tanggal 20-24 Agustus
lalu oleh STTN BATAN. Acara yang diikuti 103 peserta tersebut berjalan sukses.
Menurut Ketua Poster 2019 M. Kharis Mubarok, POSTER tahun
ini dirasa cukup berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya di mana pada acara tahun
ini terdapat SC atau Stering Committe yang berfungsi sebagai perantara antara
orang tua dengan pihak kampus.
Stering Committe berfungsi sebagai pengawas panitia
dikarenakan banyak orang tua calon mahasiswa baru yang beranggapan bahwa
kegiatan ospek berkaitan dengan kekerasan. Seperti yang kita ketahui, POSTER
berfungsi untuk mengenalkan kehidupan kampus bagi mahasiswa baru yang bertujuan
untuk memperkenalkan, mempersiapkan dan mengakselerasikan mahasiswa baru.
Kegiatan POSTER juga menjadi wadah untuk menata pola pikir
peserta dari yang awalnya berorientasi "siswa" menjadi
"mahasiswa" yg sadar akan hak dan kewajiban mereka sebagai mahasiswa.
Diharapkan civitas STTN-BATAN dapat memiliki nalar kritis yg
kuat, keilmuan yang luas, serta tanggung jawab yang tinggi terhadap masyarakat
sebagaimana yang diterapkan dalam tridharma perguruan tinggi.
POSTER tahun ini mengajarkan tentang etika berkomunikasi
sebagai mahasiswa baru, seperti bagaimana berbicara dengan dosen, teman, dan
kakak tingkat. Serta juga mengedukasi para peserta agar mampu menyesuaikan diri
mereka dengan budaya dan adat warga setempat selama menimba ilmu di perantauan.
Menurut penuturan ketua POSTER tahun ini, sebagaimana
misinya yang pertama, norma agama dipandang penting sebagai pedoman awal di
kehidupan yang akan dijalani oleh para mahasiswa baru. Selain itu, acara POSTER
tahun ini juga bukan ajang balas dendam kepada mahasiswa baru, namun lebih
menekankan pada proses mendidik tanpa kekerasan.
Kharis berpesan bagi siapapun yang kelak akan menjadi
panitia POSTER, ia mengingatkan untuk tidak menjadikan POSTER tahun depan
sebagai ajang balas dendam.
Ia berharap segala teguran dan ketegasan para panitia POSTER
tahun ini agar bisa dimaknai dari sudut pandang yg berbeda, jangan hanya
dilihat dari sisi negatifnya.
"Jadikan itu sebagai intropeksi diri untuk menjadi
lebih baik, sebab kami ingin mendidik para peserta untuk menjadi pribadi yang
lebih disiplin dalam bidang ilmu apapun. Disiplin dalam segala hal terlebih
kelak mereka akan menjadi SDM kenukliran yang profesional," tuturnya.
"Apabila mereka masih membawa sifat kekanak-kanakan
mereka saat SMA, dikhawatirkan mereka akan larut dalam sifat tersebut terutama
saat berhadapan langsung dengan pekerjaan yang berkaitan dengan radiasi.
Terlebih lagi mereka kelak akan terjun ke dunia masyarakat yang notabennya
masih 'takut' dengan Kenukliran," tutupnya.
Reporter : Arnel
Penulis : Arnel
Editor : Dimas
0 Komentar